Memahami Kemahaindahan dan Kemahatinggian Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Memahami Kemahaindahan dan Kemahatinggian Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 5 Al-Muharram 1446 H / 11 Juli 2024 M.
Kajian Islam Tentang Memahami Kemahaindahan dan Kemahatinggian Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Sehubungan dengan dijelaskan di sini mengenai makna sifat makar Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya di Surah Ali Imran ayat ke-54,
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan mereka melakukan tipu daya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melakukan tipu daya terhadap mereka (yakni membalas tipu daya mereka), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 54)
Pertanyaan yang muncul setelah membaca ayat-ayat seperti ini, bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala punya sifat makar padahal Allah yang menyebutkan tentang diriNya di dalam ayat tersebut? Dan kita tahu aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam menetapkan sifat-sifat Allah seperti ini, wajib untuk menerima dan menetapkan sesuai dengan apa yang ditetapkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan meyakini beberapa hal di bawah ini:
Pertama, bahwa sifat-sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat makhluk karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi dan Maha Sempurna sifat-sifatNya, nama-namaNya, DzatNya, dan perbuatanNya. Beda dengan makhluk yang tentu sifat-sifatnya penuh dengan kelemahan dan kekurangan sebagaimana kelemahan dia sebagai makhluk.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
…لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada satu makhluk pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy-Syura[42]: 11)
Kedua, tidak boleh kita takyif (membagaimanakan) sifat Allah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskannya tanpa menyebutkan kaifiyahnya. Kita yakin ada hakikatnya tapi hanya Allah yang mengetahuinya. Kita hanya menetapkan sesuai dengan apa yang Allah tetapkan bagi diriNya sebagaimana ini merupakan metode para sahabat dalam menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa menanyakan bagaimananya.
Ketiga, tidak boleh kita ta’thil (menolak) sifat-sifat Allah yang Allah tetapkan bagi diriNya. Allah menetapkan, maka kita harus terima. Iini konsekuensi kita membenarkan petunjuk Allah dan petunjuk RasulNya.
Keempat, tidak boleh kita tahrif (menyelewengkan) kandungan maknanya. Kita meyakini maknanya benar sesuai dengan apa yang Allah turunkan di dalam bahasa Arab. Kita menetapkan sesuai dengan makna tersebut, tapi kita meyakini makna bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya. Adapun makna dari sifat-sifat makhluk sesuai dengan kekurangan sebagai makhluk.
Sama dengan sifat Allah ini, yaitu sifat makar. Allah berfirman, “Mereka melakukan tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka, dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Sama dengan firman Allah di ayat yang lain,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ …
“Sesungguhnya orang-orang munafik ingin memperdaya Allah dan Allah membalas tipu daya mereka.” (QS. An-Nisa`[4]: 142)
Sifat seperti ini -sebagaimana diterangkan oleh para ulama- kita harus menetapkan dalam bentuk yang paling sempurna. Tidak boleh kita menetapkan secara mutlak dengan mengatakan, “Oh, Allah itu melakukan tipu daya kepada semua orang,” tidak, hanya kepada hamba-hamba yang pantas mendapatkan balasan dari perbuatannya sendiri.
Makanya nanti kalau yang berhubungan dengan makar, tipu daya, itu Allah sebutkan di dalam ayat-ayat yang berkenaan dengan balasan bagi musuh-musuhNya yang ingin melakukan tipu daya atau rencana jahat terhadap para nabi dan para rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam, seperti yang mereka lakukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada Nabi Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam, dan yang lainnya.
Diterangkan di sini oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, bahwa makar (tipu daya) artinya tipu daya yang Allah sifatkan bagi diriNya sendiri. Maka ini adalah balasan bagi musuh-musuhNya yang ingin melakukan tipu daya terhadap para wali-wali dan para nabi dan para rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam.
Seperti penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala, kita menetapkan sifat seperti ini tidak secara mutlak, tapi kita katakan ini penetapannya adalah sebagai balasan. Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa, Dia Maha Kuasa melindungi para nabi dan para rasul, wali-waliNya, dan orang-orang yang beriman. Maka ketika musuh-musuhNya ingin melakukan tipu daya, Allah Maha Kuasa membalas tipu daya mereka. Jadi, kita menetapkan dalam segi balasan. Makanya dalam terjemahannya kita artikan tadi, “Mereka melakukan tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka, dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Menunjukkan sifat Allah di sini adalah sifat yang terpuji karena Dia memberikan balasan dengan sifat ini bagi musuh-musuh yang terlebih dahulu ingin melakukan hal tersebut.
Allah membalas tipu daya mereka yang buruk dengan tipu daya yang baik, yang sesuai dengan kesempurnaan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka berarti tipu daya dari musuh-musuh Allah adalah yang paling buruk, sedangkan yang berasal dari sifat-sifat Allah ini adalah sesuatu yang paling baik. Kenapa? Karena ini adalah keadilan dan balasan yang pantas bagi perbuatan-perbuatan mereka.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54285-memahami-kemahaindahan-dan-kemahatinggian-nama-nama-dan-sifat-sifat-allah/